mengenalmu termasuk kesalahan terbesarku...
tapi itu anugerah dan hadiah terindah buatku...
Hidup hanyalah abu-abu sebelum aku bertemu denganmu. Aku lupa cara
mengeja tawa, dan aku lupa bagaimana cara berharap. Juga lupa bagaimana
cara mencinta setelah aku tersakiti oleh cinta.
Ketika bertemu denganmu, tak kurasakan lagi ruang
kosong dalam jiwaku. Bersamamu, waktu terasa berjalan cepat. Masih
kuingat di antara sepoi embun pagi di tepi sungai itu, kau membuat ku yakin akan jalinan hubungan kita takkan lebih dari teman. Aku mencoba percaya....
Jika saja kita bisa memiliki satu hari lagi seperti itu, jika kita bisa mengulang waktu..
ku ingin mengatakan sebaiknya kita tak mengenal dan saling membenci, karena saat aku mengenal dan dekat denganmu, aku menyelipkan keinginan masa depan bersamamu..
apakah aku mencintaimu?!
Namun, kini, mengapa cinta ini terasa keliru, ketika kudapati ada hati lain yang tak bahagia karena kita?
Aku telah melangkah melewati beribu-ribu jarak, beribu-ribu hari,
membawa ruang kosong di hatiku. Cinta telah kutitipkan pada masa lalu,
tetapi aku masih menyimpan sehela harapan masa depan bersamamu. Aku
masih ingat hangat jemarimu di tanganku, membawakan getar hidup yang
hilang bersama langkahmu yang menjauh.
Lalu, hari itu, kau tiba-tiba berdiri di hadapanku, menatapku lekat,
seolah membiarkanku membaca gurat-gurat kisah yang selalu kau
sembunyikan. Aku hanyut dalam diam; seketika mengulang kembali
kisah kita dalam benakku. Kau, aku masih sangat mengenalimu meski
beribu-ribu masa telah menyamarkan wajahmu—juga mengenali cinta, dan
luka dalam langkah kita dulu….
Kali ini, apakah cinta yang
kau bawakan untukku? Dan, apakah kau berharap aku menyambutmu dalam
peluk hangat dan isak penuh kerinduan? Tapi, aku takut cinta seperti
pelangi—yang indah terlihat, tetapi ternyata hanyalah ilusi.
Dan,
aku khawatir ketika mendapatimu hanya terdiam. Apakah kau pun mulai
ragu dengan cinta, cinta yang kau bawakan kemarin untukku?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar